Ayah dan Bunda, akhir-akhir ini mencuat kasus kekerasan seksual yang dilakukan remaja laki-laki pada kaum perempuan. Mengapa mereka melakukan hal sehina itu? Sebab dari kecil mereka memang tidak pernah dididik menjadi laki-laki sejati.
Mengapa banyak lelaki melakukan korupsi? Jawabannya sama dengan sebelumnya. Mengapa para lelaki banyak yang menjadi malas dan tidak bisa mewujudkan potensinya? Jawabannya juga sama.
Nah, Ayah dan Bunda, bila Anda dikaruniai anak laki-laki, ajarkan agar menjadi laki-laki sejati. Bagaimana gambaran seorang laki-laki sejati? Saya menemukannya dalam sajak berjudul “Jika” yang ditulis oleh Rudyard Kipling, sang penulis The Jungle Book. Sajak ini dituturkan dalam bentuk nasihat monolog dari orangtua buat anak laki-lakinya. Silakan menyimak, semoga berguna…
JIKA
Oleh Rudyard Kipling
Jika kamu dapat tetap menegakkan kepala sementara semua orang di sekelilingmu
tidak mampu melakukannya dan malah menyalahkan kamu,
jika kamu dapat tetap percaya pada dirimu sementara semua orang meragukanmu,
tetapi kamu tak mempermasalahkan keraguan mereka itu,
jika kamu dapat menunggu tanpa merasa lelah,
atau sanggup berbaring tanpa bermaksud bermalas-malas,
atau sanggup dibenci tanpa balas membenci,
dan tidak berlagak menjadi orang yang terlalu baik atau terlalu bijaksana,
jika kamu dapat bermimpi tanpa menjadikan mimpi itu tuanmu,
jika kamu dapat berpikir tanpa menjadikan pemikiranmu itu sebagai satu-satunya tujuan,
jika kamu dapat menghadapi kejayaan dan bencana
dan memperlakukan dua hal semu itu dengan perlakuan setara,
jika kamu dapat bertahan ketika mendengar hal-hal yang kau yakini
diputarbalikkan sekadar menjadi permainan,
atau ketika melihat hal-hal yang amat berarti dalam hidupmu hancur,
kamu tetap bertahan dan malah membangunnya lagi dengan segala yang kau punya,
jika suatu saat kamu mengumpulkan segala hal berharga yang kau miliki
serta mempertaruhkannya dalam sebuah kesempatan beresiko,
dan akhirnya kalah, namun kamu sanggup memulai lagi segalanya dari awal,
tanpa pernah mengeluh tentang kekalahan dan kehilanganmu itu,
jika kamu dapat memaksa hati, meski diliputi cemas dan khawatir,
untuk tetap bertahan bersamamu meski kamu telah kehilangan segalanya,
dan kamu sanggup terus bertahan ketika kamu tak punya apa-apa lagi
kecuali kemauan untuk terus berkata pada hatimu itu: ‘Bertahanlah!’
Jika kamu bisa berbicara dengan rakyat biasa tanpa kehilangan pandangan idealismu,
Atau berjalan bersama para raja tanpa kehilangan sentuhan merakyatmu,
Jika tak ada satu orang pun, baik lawan maupun kawan, dapat melukai hatimu,
Jika kamu memperlakukan semua orang yang bergantung padamu tanpa pilih kasih,
Jika kamu dapat mengisi setiap menit yang berharga
Dengan 60 detik pemikiran untuk tetap memikirkan tujuanmu,
Segala dalam dirimu sama berharga seperti bumi dan segala isinya,
Dan –dengan banyak ‘jika’ yang lain- barulah kamu menjadi seorang laki-laki, wahai Anakku!