ORANG TUA YANG MANAKAH KITA?

Ayah dan Bunda, berikut saya sertakan sebuah tulisan yang menginspirasi. Sayang, nama pengarangnya tidak diketahui…

Ada 2 buah rumah bersebelahan. Masing-masing dihuni oleh sepasang orangtua dan anak tunggal mereka. Alkisah, kedua rumah dan penghuninya pernah mengalami hal-hal yang persis sama, namun efeknya jauh berbeda. Bagaimana bisa begitu? Inilah kisahnya…

Di Rumah Pertama, Sang Anak pulang sekolah dan berseru, “Bunda! Ayah! Aku dapat nilai 100 untuk 2 mata pelajaran di sekolah!”

Tanpa ekspresi, Sang Ayah menjawab, “Hanya 2 mata pelajaran? Kenapa bukannya 3 mata pelajaran atau lebih?”

Di Rumah Kedua, Sang Anak pulang sekolah dan berseru, “Bunda! Ayah! Aku dapat nilai 100 untuk 2 mata pelajaran di sekolah!”

Dengan sangat bahagia, Sang Ayah menjawab, “Alhamdulillah! Kamu benar-benar membuat Ayah bangga! Ayah benar-benar bahagia memiliki kamu!”

Di hari berikutnya, dari dapur Rumah Pertama, Sang Anak berseru, “Bunda, aku telah mencuci semua piring kotor bekas makan malam!”

Dengan datar dan tenang, Sang Ibu menanggapi, “Kamu sudah mengepel lantai belum?”

Sementara di Rumah Kedua terjadi hal yang sama ketika Sang Anak berseru, “Bunda, aku telah mencuci semua piring kotor bekas makan malam!”

Sang Ibu tersenyum dan berkata lembut, “Tahu tidak, semakin hari Bunda tambah sayaaang padamu….”

Esok harinya, dari halaman belakang Rumah Pertama, Sang Anak berseru, “Ayah, aku telah memotong rumput. Lalu semua sisa rumputnya telah aku bersihkan!”

Dengan wajah agak masam karena kurang puas, Ayahnya menanggapi, “Terus, kamu tidak membersihkan tanah liatnya sekalian?”

Pada saat yang sama, di Rumah Kedua Sang Anak berseru, “Ayah, aku telah memotong rumput. Lalu semua sisa rumputnya telah aku bersihkan!”

Dengan ceria Ayahnya berseru, “Nak, hari ini kamu telah membuat hati Ayah benar-benar bahagia!”

Dari tiga hari kejadian berturut-turut itu tampak jelas bahwa anak yang hidup di Rumah Kedua lebih bahagia dan percaya diri. Bagaimana bila kejadian seperti itu terjadi terus-menerus setiap hari sampai tahu-tahu para orangtua baru sadar kalau anak mereka telah menjelang dewasa? Tentu perbedaan rasa bahagia dan kepercayaan diri kedua anak di rumah yang berbeda itu semakin besar, layaknya terpisah samudera luas.

Wahai Ayah dan Bunda, setiap anak layak dihargai atas setiap tugas yang mereka kerjakan. Inilah awal mengarahkan mereka pada kehidupan yang lebih bahagia.

Masa depan anak-anak kita, Ayah dan Bunda, begitu banyak tergantung pada cara kita menghargai mereka. Orangtua yang manakah kita ini?

Tinggalkan komentar