Imajinasi

imajinasi

Ayah dan Bunda, tanpa imajinasi, dunia yang kita huni sekarang pasti akan berbeda. Begitu berbeda sampai tidak lah dapat dibayangkan bagaimana keadaannya. Jadi imajinasi adalah salah satu karunia terpenting buat manusia. Bahkan Tuhan pun mempercayakan kualitas iman umat-Nya kepada kemampuan imajinasi. Bukankah Surga dan Neraka hanya dapat berubah
menjadi iman bila kita juga menggunakan imajinasi? Bukankah keimanan terhadap para Nabi pun hanya akan menguat bila kita juga mampu mengimajinasikan kehidupan mereka? Tentu saja beragama didasari pada penggunaan akal dan logika, namun keduanya ibarat akar serta batang bagi pohon iman. Sedangkan cabang, daun dan buah akan tumbuh bila kita menyiramkan pupuk imajinasi. Sayangnya, entah kenapa, banyak dari kita yang tak hanya menganggap remeh, bahkan takut berimajinasi.
Ayah dan Bunda, anak-anak tak bisa dilepaskan dari kegiatan berimajinasi. Tuhan sudah memberi mereka fitrah yang demikian. Setiap anak tidak lahir dengan kemampuan berpikir yang matang, tetapi mereka justru dibekali lautan imajinasi yang luas. Bayangkan, bagaimana bisa menanamkan konsep tentang adanya Tuhan kepada anak-anak bila mereka tak mampu berimajinasi? Jadi Orangtua dan Guru tidak boleh begitu saja merenggut karunia berharga ini dari anak-anak hanya dengan alasan bahwa logika lebih penting. Tidakkah kita takut bahwa Tuhan tidak akan ridha melihat kemampuan berimajinasi yang telah diberi-Nya begitu saja kita abaikan? Tidak kurang dari Albert Einstein pun –yang identik dengan pakar logika terbesar- memberikan dukungannya pada kemampuan imajinasi dengan berkata, “Imajinasi lebih penting dari pengetahuan. Pengetahuan itu terbatas, sedangkan imajinasi menyelubungi seluruh dunia.”
Di kesempatan lain, Einstein pun menegaskan, “Logika hanya akan mengantarkan Anda dari A ke Z, sedangkan imajinasi akan mengantarkan Anda kemana saja!”
Nah, Ayah dan Bunda, tak semua pertanyaan yang diajukan Anak akan bisa dijawab dengan logika, namun tak ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan imajinasi. Itulah sebabnya Dongeng menjadi sangat penting. Tidaklah mungkin Anda menjelaskan jawaban sebenarnya ketika anak bertanya “Darimana sih datangnya Adik bayi?”, bukan? Justru jawaban seperti “Adik datang dari Surga” atau “Dibawa oleh Burung Bangau” lah yang bisa memuaskan hasrat bertanya anak.
Oke, saat ini kita tahu bahwa imajinasi memang penting bagi anak-anak, tapi jangan lupa lho: ternyata imajinasi tetap penting ketika anak tumbuh dewasa. Perbedaan orang dewasa yang berani berimajinasi dengan yang tidak, sangat terlihat signifikan. Muhammad Ali pun sampai berkata, “Orang yang tidak punya imajinasi adalah orang yang tidak memiliki sayap.”
Napoleon Bonaparte bahkan bilang, “Imajinasi memerintah dunia.”
Ayah dan Bunda, tak ada orang sukses yang tidak memiliki kemampuan berimajinasi. Tanya deh pada Brian Tracy, maka ia akan menjawab, “Semua pria dan wanita yang sukses adalah pemimpi besar. Mereka senantiasa mampu membayangkan apa yang akan mereka raih secara ideal di masa depan. Kemudian, mereka akan bekerja hari ini dengan tujuan yang jauh itu.”
Jadi mulai saat ini, Ayah dan Bunda, daripada banyak-banyak membelikan baju, lebih banyaklah membelikan buku dongeng. Daripada banyak-banyak membiarkan waktu anak terluang untuk bermain gadget atau menonton tv, banyak-banyaklah membacakan mereka buku. Phil English pun mengatakan hal yang klasik dan basi tapi kebenarannya tidak terbantahkan, “Membaca akan memperluas daya pikir anak. Membaca akan membuat kita leluasa mengembangkan imajinasi dan menolong kita untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis.”
Ayah dan Bunda, jangan lupa untuk kembali menyuburkan kemampuan berimajinasi kita. Sebagai orangtua, Jill Clayburgh pun menuturkan, “Banyak-banyaklah berimajinasi, sebab sangat banyak imajinasi yang saya miliki diserap juga oleh anak-anak saya.”

Terakhir, usahakan agar kita sebagai Orangtua atau Guru, menaruh perhatian serius pada imajinasi anak yang mereka tuangkan lewat gambar, kata-kata, gerakan atau penulisan. Hal demikian akan menghindarkan kita menzalimi anak dengan menekan semua imajinasi yang mereka miliki. Memang dan pasti ada imajinasi yang perlu diarahkan karena tidak sesuai dengan moral dan etika, tetapi hindarkan kesan memangkas habis. Tolong renungkan apa yang dikatakan Ursula K. LeGuin, salah satu penulis sains fiksi Amerika terbaik, “Saya ragu imajinasi bisa ditekan. Jika Anda benar-benar melakukannya pada seorang anak, maka ia akan tumbuh seperti cangkang telur yang kosong isinya.”

3 respons untuk ‘Imajinasi

Tinggalkan Balasan ke rumpenekawardhana Batalkan balasan